Powered By Blogger

Monday, April 25, 2011

Sebuah Ironi: Melihat Kamboja dari Angkor Archaeological Park ke Tuol Sleng



Kamboja -
Melihat Kamboja (Cambodia) dari kaca mata turis bacpacker seperti saya yang hanya mengetahui sangat sedikit tentang negara ini dan melihat secara langsung dalam 2-3 hari seperti melihat 2 ironi. Disatu sisi menakjubkan tapi disisi lain mengusik hati nurani yang paling dalam, menyentuh empati tertinggi dan menyesali sebuah sejarah bangsa yang besar. Kamboja dihuni oleh beberapa suku dengan Khmer adalah suku mayoritas (90%) jadi sering disebut Khmer People dengan populasi sekitar 14.500.000 orang. Melihat negara ini seperti melihat sebuah negara yang baru mau berkembang ditahun 1980 an.
Angkor Wat sebuah bukti kebesaran Kampuchea

Perjalanan ke Siem Reap ke kawasan Angkor Archipelago Park dengan kawasan Candi yang super besar dan magis membuka mata saya akan kekaguman pada sebuah kerajaan besar yang dihormati dimasa lalu. Bangunan candi yang sangat besar, antik, luas, magis, gerbang yang melintang, ukiran pada batu candi yang rumit sekaligus membuka mata pada keindahan jiwa seni orang-orang kamboja dimasa itu. Susunan batu dibuat dengan rapat tak bercelah diakhiri dengan sebuah ukiran jenius orang-orang warisan sejarah yang akhirnya menghasilkan sebuah karya maha agung yang sudah mulai tergerus oleh perjalanan zaman tapi dia masih kokoh untuk sebuah karya besar masa dulu.

Batu satu persatu ditindih menjadi sebuah bentuk baik kepala berwajah tiga, ular berkepala medusa, ukiran-ukiran kecil seorang manusia berjajar, bertindihan, penari wanina yang disebut Dancing Asparas, gerbang, jalan setapak, atau jalan utama menuju altar penyembahan atau tempat para biksu, hal terakhir yang saya bisa bilang hanya Luar Biasa. Kawasan candi ini teramat luas untuk seorang turis butuh 1 minggu untuk benar-benar melihat semua dan untuk seorang seniman butuh tahunan untuk merunut jalinan sejarah yang besar dan butuh waktu selamanya untuk bangsa ini yang diwariskan candi tersebut agar mengangumi, menghormati, menjaga warisan dan membawa bangsa ini kepada dunia yang sejahtera dan membuka mata dunia kepada mereka bahwa mereka adalah bangsa yang besar dimasa dulu sekarang dan masa yang akan datang.

Lalu saya meneruskan perjalanan masih diarea candi-candi ini, sepanjang mata melihat sejauh kaki melangkah yang ada adalah sebuah ironi. Ironi yang membawa alam pikiran saya kepada rasa penasaran, kenapa mereka begitu miskin mereka adalah bangsa besar. Sepanjang kaki melangkah dikawasan angkor ini banyak anak anak yang berjualan , tidak berbusana, bahkan yang meminta minta 1000riel atau bahkan $1USD untuk sebuah foto dengan dia. Lalu saya melihat penerangan listrik masih terbatas dan orang-orang yang menurut saya masih jauh tercukupi secara sandang dan pangan, saya terpikir untuk bertanya apa yang salah dengan semua ini menurut saya melihat kebesaran sejarah masa lalu mereka, seharusnya bangsa ini adalah bangsa yang besar maju dan dihormati dimasa sekarang. Saya sendiri tau bangsa ini karena kerap beberapa artis Hollywood mengadopsi anak dari sini, saat itu pikiran saya adalah berarti masih banyak anak-anak yang terlantar dinegara tersebut itu juga tentu saya karena Film Tomb Rider yang mengambil setting disalahs satu candi dikawasan tersebut.

Tapi mengenai ironi tersebut saya tidak benar-benar menemukan jawabannya. Dan biarlah bangsa ini diberi waktu, pikiran dan kesempatan untuk memikirkannya sembari membawa masyarakatnya kearah peradaban hidup yang paling membuat mereka banga menjadi bangsa kamboja.

Tuol Sleng saksi sebuah kemunduran

Satu-satunya hal yang sedikit menjawab pertanyaan saya adalah ketika sampai di Phnom Penh yaitu museum Tuol Sleng Genocide Museum yang pada masa dulu hanyalah sebuah sekolah setingkat SMU yang juga terkenal dengan sebutan Security Prison 21 (S-21) dengan lima bangunan berlantai tiga seperti tipikal sekolah SMU di Indonesia. Dikabarkan hampir 17000 orang dipenjarakan dan disiksa disini yang kebanyakan mereka berasal dari regime sebelumnya yaitu regime Lon Nol.
Saya pernah mendengar nama Pol Pot sebagai seorang tirani seorang besar yang juga seorang berkuasa yang sayangnya salah dalam menjalankan kekuasaannya. Banyak orang terbunuh karena dia tapi berapa, siapa, bagaimana mereka terbunuh, untuk apa dengan cara apa dan apa akibatnya saya tidak benar benar tau selama ini. pengetahuan saya sangat sedikit mengenai hal tersebut, satu hal yang pasti yang saya tau adalah Pol Pot sudah meninggal.

Kami dibawa ke museum tersebut ditemani oleh teman kami yang kebetulan bekerja di Phnom Penh. Pertama sekali saya dibawa ke dalam ruangan dengan tempat tidur besi, linggis sebuah kotak dari seng dan piring, disitulah seorang bahkan ratusan manusia disiksa, diikat dan diakhiri hidupnya. Akhir riwayat hidupnya benar benar disana baik karena meninggal atau masih bernyawa tapi tidak hidup lagi atau bahkan dia tidak lagi menginginkan hidupnya. Setiap tahanan baru akan diambil fotonya juga para tentara pendukung polpot.
Beberapa ruangan bertipikal sama dengan alat alat yag dipakai untuk menyiksa ribuan anak manusia, saya belum tau alasannya kenapa. Sepertinya linggis untuk memukul, tempat tidur besi untuk mengikat tubuh secara terbaring, kotak dari seng tersebut untuk menaruh kuku yang dicabut. Ruangan selanjutnya adalah ruangan yang semakin menantang nurani, juga menguras pikiran secara emosi serta hati saya karena yang saya lihat adalah pembunuhan sadis dengan semua cara tersadis. Beberapa teman saya memutuskan untuk tidak melanjutkan keruangan lainnya karena tidak semua orang punya kesiapan mental bahkan hanya menyaksikan melalui gambar dan mendengan ceritanya. Lalu saya melihat wajah-wajah dari orang orang yang bakal mendapat perlakuan penyiksaan dengan hukum interogasinya yang teramat keras juga wajah wajah tak berdosa dari para tentara yang sayangnya masih sangat anak-anak tapi mereka dipakai menjadi alat-alat pembunuh dan penyiksa. Sepanjang yang saya dengar tentara belia inilah yang mengambil peran sebagai eksekutor sepertinya otak mereka sudah benar-benar dicuci. Saya marah dan juga sedih apa yang terjadi dengan orang-orang ini juga dengan pemimpinnya pertanyaan yang senantiasa berdengung adalah "MENGAPA" bagaimana mungkin manusia bisa sekejam ini dan percayalah hampir semua turis yang kesana selalu mempunyai pertanyaan yang kurang lebih sama.
Titik Balik yang Ironis

Masa tahun 1965 adalah masa jaya mereka bahkan menurut cerita, mereka sudah lebih maju dari Indonesia baik dari segi kesejahteraan, teknologi dan pendidikan. Bangsa ini adalah bekas jajahan prancis. Jadi tidak heran logat inggris mereka lebih mengikuti aksen prancis. Lalu tahun 1975 adalah masa titik balik, titik balik yang ironis karena terjadi peralihan kekuasaan secara dramatis, datang seorang anak manusia yaitu Pol Pot dia adalah seorang berpendidikan tinggi, dengan ajaran prancis karena dia besar di prancis dan menganut paham beraliran komunis. Dengan segenap kekuatan yang dia miliki beserta militer dan pengikutnya mereka menggulingkan regime yang sedang memerintah, waktu itu raja mengungsi ke prancis terjadilah kekosongan kekuasaan, kedatangan mereka disambut gegap gempita bag seorang juru slamat karena mereka seperti membawa harapan baru kepada rakyat, sebelum mereka benar-benar sadar akan apa yang akan terjadi kepada mereka dimasa yang datang sebentar lagi.

Ditahun yang bersamaan Pol Pot mulai memaksa semua orang di Phnom Pehn untuk keluar dan eksodus kedesa-desa atau keluar ibu kota. Semua rumah dikosongkan karena mereka akan memulai sejarah baru. Mereka akan membangun kamboja yang baru dengan harapan baru dibawah tirani dan kedigdayaan pemimpin yang baru yaitu Pol Pot. Lalu semua orang yang berkewarganegaraan asing disuruh keluar, kedubes masing-masing negara ditutup dan yang tinggal hanyalah kamboja itu sendiri kamboja yang sunyi dan mencekam. Semua orang dari regime Lon Nol termasuk tentara, pegawai dipemerintahan, akademisi, dokter, guru, pelajar, pekerja, para monks (biksu), insinyiur atau lulusan universitas dll. Semua orang-orang ini beserta keluarganya, selain itu ada juga missionaris semua benar-benar dibumi hanguskan disisksa di interogasi disiksa karena dianggap membahayakan negara atau mempunyai informasi yang penting yang disembunyikan.
Sepertinya tujuannya adalah agar tidak ada yang benar benar bisa mempengaruhi kekuasaan Pol Pot atau pemerintahan yang baru. Maka dimulailah masa-masa kelam selama 4 tahun, rangkaian penghilangan paksa semua orang yang dicurigai diambil beserta keluarganya dimasukkan keruang interogasi, lagi lagi diikat juga kuku tangan dicabut atau tubuhnya digantung terbalik dan tubuhnya dicelupkan kedalam wadah berisi air, anak anak yang dilempar lalu ditembak. Yang terlihat adalah semua cara-cara membunuh tersadis degan alasan iterogasi dilakukan, benar-benar musnah semua orang pintar dan mungkin benar adanya bahwa Pol Pot sudah siap membangun negara ini dari titik nol. Kota kosong lalu semua orang diungsikan ke desa lalu pindah lagi kekota dan bisa memilih rumah mana yang mereka suka yang sudah tidak berpenghuni. Tentu saja orang yang berpendidikan dari regime sebelumnya sudah tidak ada jadi pemerintahan sekarang bisa memulai era baru yang bersih dari pengaruh regime sebelumnya.


Tapi seruan kepada dunia, membuat Vietnam menyerang kamboja ditahun 1979, saya tidak tau persis bagaimana perjalanan sejarahnya tapi kekuasaan Pol Pot benar-benar tumbang. Menurut saya dia tidak lama berkuasa tapi akibat yang ditimbulan telah melukai mata dunia untuk ratusan tahun yang akan datang. PBB masuk dan mulai menyisir tempat pembuangan mayat juga ladang pembantaian tengkorak dan kerangka manusia dimana-mana ribuan kerangka manusia disungai dan jutaan manusia diperhitungkan telah menjadi korban tirani dari Pol Pot sungguh mengerikan dan upaya NGO saat itu sampai sekarang yang mencoba menolong bangsa ini mengembalikan bangsa ini kepada bangsa yang siap melangkah kepada sejarah baru.

Itulah ironi karena mereka masih seperti baru merdeka sehingga kemiskinan dimana mana pendidikan tertinggal dan banyak hal lain karena mereka harus melewatkan sebuah masa kelam yang terlalu berat untuk dilepas dalam melangkah kemasa depan. Saat ini negara ini sangat dikenal surga bagi para pedofilia, trafficking itu semua karena kesulitan hidup juga mungkin hidup sudah tidak sedemikian berharganya karena mereka melalui masa dimana mereka melihat dan mengalami dimana hidup tidak dihargai.

Kotanya sendiri kering dan tidak teratur, listrik terbatas, pendidikan masih sangat rendah, ini semua cukup mewakili gambaran dari masa kelam yang baru saja mereka lihat dan alami yang mereka tidak ingin ingat tapi bagaimanapun akan selalu abadi dari kisah ke kisah. Saya bisa meyakinkan bahwa sesungguhnya mereka bisa menjadi negara yang semaju Thailand karena sesungguhnya mereka punya sejarah dan latar budaya yang sama sama kaya dan besar. Peran NGO dan PBB masih sangat dibutuhkan disini untuk menolong setiap individu sembari menolong mereka bangkit dari keterpurukan.

Semoga sejarah bangsa ini menjadi batu loncatan bagi mereka untuk melanjutkan kehidupan mereka dan menciptakan sejarahnya sendiri untuk anak cucu mereka. Tentu saja menjadi pesan kepada seluruh dunia bahwa sejarah kelam bangsa ini telah merusak masa depan banyak manusia. Pol Pot hanya bertahan 4 tahun, tapi rasa terluka, perasaan tidak percaya satu sama lain, dendam masih akan membayangi bangsa ini ratusan tahun kedepan, tapi tetaplah melangkah dengan keyakinan hidup yang lebih Kamboja karena kalian layak untuk itu.
Publish by me at www.untukkita.blogspot.com

diambil dari: detik.com

No comments:

Post a Comment